Tumor Kolorektal
Tumor kolorektal (tumor usus besar) adalah suatu tumor yang sering dijumpai pada masa dewasa sekarang. Secara epidemiologis, tumor kolorektal menduduki nomor 4 di dunia, dimana jumlah penderita laki-laki lebih banyak daripada perempuan yakni 19,4 berbanding 15,3 per 100.000 penduduk. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, kejadian beragam diantara berbagai populasi etnik dan ras. Secara umum didapatkan kejadian tumor kolorektal meningkat tajam setelah usia 50 tahun. Suatu fenomena yang dikaitkan dengan pajanan terhadap berbagai karsinogen dan gaya hidup.
Tumor kolorektal timbul melalui interaksi kompleks antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik mendominasi pada kasus sindrom herediter seperti Familial Adenomatous Polyposis (FAP) dan Hereditary Nonpolyposis Colorectal Cancer (HNPC). Tumor kolorektal yang sporadis muncul setelah melewati rentang masa yang lebih panjang sebagai akibat faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan genetik yang berkembang menjadi kanker. Kedua jenis kanker kolorektal (herediter vs sporadis) tidak muncul secara mendadak melainkan melalui proses yang dapat diidentifikasi pada mukosa kolon (seperti displasia adenoma).
Sejumlah bukti menunjukkan bahwa lingkungan berperan penting pada kejadian tumor kolorektal. Risiko kanker kolorektal meningkat pada masyarakat yang bermigrasi dari wilayah dengan insidens kanker kolorektal yang rendah ke wilayah yang insidensnya tinggi. Hal ini menambah bukti bahwa faktor lingkungan seperti perbedaan pola makanan berpengaruh pada karsinogenesis.
Kandungan dari makronutrien dan mikronutrien juga berhubungan dengan tumor kolorektal. Penelitian menunjukkan bahwa lemak hewani terutama sumber daging merah berpengaruh pada kejadian kanker kolorektal. Transformasi sel tampaknya melalui peningkatan konsentrasi empedu dalam kolon dan ini telah diketahui sebagai promoter kanker pada masyarakat dengan konsumsi serat rendah. Kebiasaan minum alkohol meningkatkan 2 sampai 3 kali lipat kejadian kanker kolorektal, sebaliknya mereka yang mengkonsumsi ikan laut memiliki insidens kanker kolorektal yang rendah.
Kanker kolorektal terjadi sebagai akibat kerusakan genetik pada lokus yang mengontrol pertumbuhan sel. Terdapat 2 mekanisme yang menimbulkan tumor kolorektal yaitu : instabilitas kromosom dan instabilitas mikrosatelit.
Terdapat beberapa penyakit yang berhubungan dengan keganasan kolorektal :
· Inflammatory Bowel Disease. Khususnya colitis ulcerative berhubungan dengan meningkatnya risiko tumor kolorektal. Risiko bergantung rentang waktu dan luasnya inflamasi. Keadaan klinis lain yang berhubungan dengan tumor ini meliputi adanya bakterima oleh Streptokokus grup D, skistosoma haematobium, dan akromegali
· Penderita kanker serviks yang menjalani radioterapi atau penderita kanker kandung kemih yang menjalani ureterosigmoidektomi
Secara klinis kebanyakan kasus tumor kolorektal berada pada usia sekitar 50 tahun dan umumnya sudah memasuki stadium lanjut. Keluhan yang paling sering dirasakan diantaranya perubahan pola buang air besar, perdarahan per anus dan konstipasi. Kanker kolorektal umumnya berkembang lamban, keluhan dan tanda fisik timbul sebagai bagian dari komplikasi seperti obstruksi dan perdarahan. Obstruksi sebagian/parsial awalnya ditandai nyeri perut. Namun bila telah obstruksi total akan menyebabkan muntah, kembung dan konstipasi. Penyakit yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan perforasi, asites, ikterus bahkan hipertensi portal.
Keberadaan keganasan kolorektal dapat dikenali dari beberapa tanda seperti anemia mikrositik, hematokezia, nyeri perut, berat badan menurun atau perubahan buang air besar. Perdarahan di feses dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah samar feses. Pemeriksaan radiologi dengan enema barium kontras terdapat keterbatasan dalam mendeteksi lesi berukuran kecil. Kolonoskopi merupakan cara pemeriksaan mukosa kolon yang sangat akurat dan dapat sekaligus melakukan biopsi pada lesi yang mencurigakan. Kolonoskopi mempunyai sensitivitas 95% dan spesifisitas 99% untuk mendeteksi polip adenomatous. Di samping itu dapat melakukan biopsi dan tindakan mengangkat polip.
Sesungguhnya tumor kolorektal dapat diobati bila terdeteksi stadium dini. Penapisan pada masyarakat luas antara lain :
· Pemeriksaan darah samar feses (Fecal Occult Blood Test) setahun sekali
· Sigmoidoskopi fleksibel setiap 5 tahun
· Enema barium kontras ganda setiap 5 tahun
· Kolonoskopi setiap 10 tahun
Modalitas lain untuk penapisan tumor ini adalah virtual kolonoskopi dengan memanfaatkan alat CT scan multislice. Literatur dari laporan pengamatan jangka panjang menjadi adenokarsinoma dari polip berukuran 1cm adalah 3% setelah 5 tahun, 8% setelah 10 tahun dan 24% setelah 20 tahun sejak diagnosis ditegakkan.
Dalam tatalaksana tumor kolorektal terdapat beberapa cara antara lain :
· Kemoprevensi. Obat antiinflamasi nonsteroid seperti sulindac dan celecoxib terbukti efektif menurunkan insidens berulangnya adenoma pada penderita dengan FAP
· Endoskopi dan operasi. Polip adenomatous dapat diangkat dengan tindakan polipektomi. Indikasi untuk dilakukan hemikolektomi adalah tumor di caecum, kolon asendens, kolon transversum dan kolon desendens. Tumor di sigmoid dan rektum diangkat dengan tindakan LAR. Operasi metastasis di hati memberikan hasil 25–35% rerata masa bebas tumor
· Terapi ajuvan. Pasien yang menjalani operasi sepertiganya akan mengalami kekambuhan. Kemoterapi ajuvan diberikan untuk menurunkan tingkat kekambuhan setelah operasi. Levamisol, 5FU, irinotectan, lecovorin, oxaliplatin adalah contoh kemoterapi yang dapat diberikan pada penderita keganasan kolorektal untuk memperbaiki respons, meningkatkan harapan hidup dan masa interval bebas tumor.
Ditulis oleh :
Dr. Benny Hartono, SpB RS Siloam Jambi
RS St Theresia Jambi
RS Bhayangkara Jambi