Serba-serbi Persiapan Operasi

dr. Benny Hartono, Sp.B, FInaCS
3 min readSep 14, 2020

--

Pada kesempatan kali ini, penulis akan memberi gambaran mengenai hal-hal yang akan ditempuh oleh seseorang yang perlu dilakukan tindakan operasi di rumah sakit. Akan dikupas mulai dari persiapan praoperasi, perencanaan pembiusan hingga di hari tiba untuk tindakan.

Mereka yang akan menjalani pembiusan (anestesi) dan pembedahan baik direncanakan atau darurat harus dipersiapkan dengan baik. Kunjungan praanestesi bertujuan mempersiapkan mental dan fisik penderita secara optimal, merencanakan dan memilih teknik dan obat-obatan anestesi yang sesuai, serta menentukan klasifikasi yang sesuai (berdasarkan ASA).

Pemeriksaan praoperasi anestesi

  1. Anamnesis
  • Identifikasi penderita terdiri dari nama, usia, alamat, pekerjaan, agama, dll
  • Keluhan saat ini dan tindakan operasi yang akan dilakukan
  • Riwayat penyakit yang sedang/pernah diderita yang dapat menjadi penyulit seperti alergi, diabetes mellitus, penyakit paru kronis (asam bronkial, pneumonia, bronkitis), penyakit jantung (infark miokard, angina pektoris, gagal jantung), hipertensi, penyakit hati, dan penyakit ginjal
  • Riwayat obat-obatan yang meliputi alergi obat, intoleransi obat, obat yang sedang digunakan dan dapat menimbulkan interaksi dengan obat pembiusan seperti kortikosteroid, antihipertensi, antidiabetik, antibiotik, golongan aminoglikosida, digitalis, diuretika, obat antialergi, obat penenang, MAO dan bronkodilator
  • Riwayat pembiusan/operasi sebelumnya yaitu tanggal, jenis pembedahan dan pembiusan, komplikasi dan perawatan intensif pascabedah
  • Riwayat kebiasaan sehari-hari yang dapat mempengaruhi tindakan anestesi seperti merokok, minum alkohol, obat penenang, narkotik dan muntah
  • Riwayat keluarga yang menderita kelainan seperti hipertensi maligna
  • Riwayat berdasarkan sistem organ meliputi keadaan umum, pernapasan, kardiovaskular, ginjal, gastrointestinal, hematologi, neurologi, endokrin, psikiatrik, orthopedi dan dermatologi
  • Makanan yang terakhir dimakan

2. Pemeriksaan Fisik

  • Tinggi dan berat badan. Untuk memperkirakan dosis obat, terapi cairan yang diperlukan, serta jumlah urin selama dan sesudah pembedahan
  • Frekuensi nadi, tekanan darah, pola dan frekuensi pernafasan, serta suhu tubuh
  • Jalan nafas. Daerah kepala dan leher diperiksa untuk mengetahui adanya trismus, keadaan gigi geligi, adanya gigi palsu, gangguan fleksi eksistensi leher, deviasi trakea, massa dan bruit
  • Jantung, untuk mengevaluasi kondisi jantung
  • Paru-paru, untuk melihat adanya dispneu, ronki dan mengi
  • Abdomen untuk melihat adanya distensi, massa, asites, hernia, atau tanda regurgitasi
  • Ekstremitas, terutama untuk melihat perfusi distal, adanya jari tabuh, sianosis, dan infeksi kulit, untuk melihat di tempat-tempat pungsi vena atau daerah blok saraf regional
  • Punggung bila ditemukan adanya deformitas, memar atau infeksi
  • Neurologis, misalnya status mental, fungsi saraf kranial, kesadaran dan fungsi sensorimotorik

3. Pemeriksaan Laboratorium

  • Rutin: darah (hemoglobin, leukosit, hitung jenis, golongan darah, masa perdarahan, masa pembekuan), urin (protein, reduksi, sedimen), foto dada, elektrokardiografi (untuk penderita di atas 40 tahun)
  • Khusus, dilakukan apabila terdapat riwayat atau indikasi :

— Elektrokardiografi pada anak

— Spirometri pada pasien tumor paru

— Fungsi hati pada penderita ikterus

— Fungsi ginjal pada penderita hipertensi

Setelah pemeriksaan dilakukan dan telah didapatkan gambaran tentang keadaan penderita, selanjutnya dibuat rencana pemberian obat dan teknik pembiusan yang digunakan. Dengan perencanaan pembiusan yang tepat, kemungkinan terjadinya komplikasi saat operasi dan pascaoperasi dapat dihindarkan.

Rencana pembiusan meliputi hal-hal:

  1. Premedikasi
  2. Jenis pembiusan

a. Umum: perhatikan manajemen jalan nafas, pemberian obat induksi, rumatan, dan pelemas otot

b. Anestesi lokal/regional: perhatikan teknik dan zat anestetik yang akan digunakan

3. Perawatan selama anestesi: pemberian oksigen dan sedasi

4. Pengaturan intraoperasi meliputi monitoring, keracunan, pengaturan cairan dan penggunaan teknik khusus

5. Pengaturan pascaoperasi meliputi pengendalian nyeri dan perawatan intensif (ventilasi pascaoperasi dan pengawasan hemodinamik)

Berdasarkan status fisik penderita, American Society of Anesthesiologists (ASA) membuat klasifikasi penderita menjadi kelas-kelas:

  1. Pasien normal dan sehat fisik serta mental
  2. Pasien dengan penyakit sistemik ringan dan tidak ada keterbatasan fungsional
  3. Pasien dengan penyakit sistemik sedang hingga berat yang menyebabkan keterbatasan fungsi
  4. Pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam hidup dan menyebabkan ketidakmampuan fungsi
  5. Pasien yang tidak dapat hidup/bertahan dalam 24 jam dengan atau tanpa operasi
  6. Pasien mati otak yang organ tubuhnya dapat diambil
  7. E (bila operasi dilakukan darurat maka penggolongan ASA diikuti huruf E misalnya 1E atau 2E)

Persiapan hari operasi:

  • Pembersihan dan pengosongan saluran pencernaan untuk mencegah aspirasi isi lambung karena regurgitasi/muntah. Pada operasi terencana, penderita dewasa puasa 6–8 jam namun pada anak cukup 3–5 jam
  • Gigi palsu, bulu mata palsu, cincin, gelang dilepas serta bahan kosmetik (lipstik, cat kuku) dibersihkan sehingga tidak mengganggu pemeriksaan
  • Kandung kemih dikosongkan dan bila perlu dilakukan kateterisasi
  • Saluran nafas dibersihkan dari lendir
  • Pembuatan informed consent berupa ijin pembedahan secara tertulis dari penderita atau keluarga
  • Penderita masuk kamar operasi dengan mengenakan pakaian khusus
  • Pemeriksaan fisik dapat diulang di ruang operasi
  • Pemberian obat premedikasi secara intramuskular atau oral dapat diberikan 1⁄2–1 jam sebelum dilakukan induksi pembiusan atau beberapa menit bila diberikan secara intravena

--

--

dr. Benny Hartono, Sp.B, FInaCS
dr. Benny Hartono, Sp.B, FInaCS

Written by dr. Benny Hartono, Sp.B, FInaCS

Dokter bedah umum di kota jambi. Berbagi seputar artikel kesehatan dan tips kesehatan. Untuk saat #Dirumahaja dan #SocialDistancing untuk menghentikan penularan

No responses yet