Seputar Trakeostomi
Trakeostomi adalah tindakan untuk memasang suatu kanula ke lumen trakea melalui insisi kulit di atas trakea dan menyisihkan jaringan pretrakealis sehingga bisa melihat langsung pada trakea. Bisa juga disebut sebagai membuat “stoma” pada trakea, biasanya bersifat sementara.
Trakea terletak di leher bagian depan ditutupi kulit, fascia dan beberapa lapisan otot. Trakea merupakan tabung yang menghubungkan laring dan bronkus. Pada orang dewasa panjang trakea antara 10–13 cm, terdiri dari 16–22 cincin tulang rawan berbentuk tapal kuda. Diameter lumen trakea pada laki-laki 13–25 mm, sedangkan wanita 10–21 mm. Trakea bagian atas terletak di median dan pada bagian bawah sedikit deviasi ke kanan. Pada anterolateral trakea bagian cervical terdapat kelenjar tiroid, pada posterior trakea menempel esofagus.
Trakeostomi termasuk operasi yang tertua telah dilakukan pada saat sebelum Masehi. Jaman Romawi dan sebelumnya, didapatkan tulisan mengenai diskusi trakeostomi. Deskripsi yang jelas mengenai teknik operasi yang direkomendasikan untuk obstruksi jalan nafas bagian atas. Setelah runtuhnya Kerajaan Roma trakeostomi jarang dilakukan kemudian ada lagi laporan yang ditulis oleh dokter muslim dari Arab. Pada abad 15 di Eropa, trakeostomi dilakukan atas indikasi obstruksi saluran nafas akibat trauma, korpus alienum dan kondisi peradangan akut yang mengenai laring. Pada awal abad 19, trakeostomi semakin terkenal sejalan dengan meningkatnya penyakit difteria di Perancis. Operasi ini sangat menolong penderita dari penyakit yang sangat mematikan. Dan sering dilakukan pada operasi tiroid yang mengalami komplikasi. Di awal abad 20, dikembangkan dengan indikasi yang lebih luas, selain tersebut diatas juga dilakukan pada penderita yang memerlukan bronkial toilet serta penderita yang memerlukan ventilator berkepanjangan.
Tujuan dilakukan trakeostomi yaitu : untuk menjamin kelancaran jalan nafas, membersihkan jalan nafas (bronkial toilet), mengurangi “dead space” saluran nafas, dan mendukung penggunaan ventilator berkepanjangan. Trakeostomi memiliki kelebihan apabila dibandingkan dengan intubasi endotrakeal jangka panjang yaitu meningkatkan kenyamanan penderita, kebersihan rongga mulut, kemampuan berkomunikasi, kemungkinan makan melalui mulut, perawatan lebih mudah dan aman serta memiliki potensi menurunkan penggunaan obat-obatan sedasi sehingga membantu proses penyapihan dan menghindari pneumonia akibat ventilator mekanik.
Beberapa hal yang menjadi indikasi dilakukan trakeostomi adalah :
· Trauma kepala disertai gangguan kesadaran dan batuk tidak efektif
· Peradangan hebat pada muka, leher dan faring
· Infeksi trakea-bronkus dengan edema dan produksi sekret yang banyak
· Perlukaan trakea
· Prosedur operasi pada kepala dan leher yang berat
· Tumor di saluran nafas
· Operasi tiroid, komplikasi perdarahan atau paralisis saraf rekurens bilateral
· Radioterapi daerah leher
· Trauma daerah dada yang mengakibatkan pernafasan tidak efektif (multipel fraktur costae, flail chest)
· Pasca pembedahan dan batuk tidak efektif
· Perlu pemasangan ventilator dimana telah diintubasi lebih dari 48 jam
· Patah tulang wajah multipel dan blast injury
Pada kondisi gawat darurat pada umumnya trakeostomi dapat dilakukan tanpa kontraindikasi, walaupun demikian tetap harus waspada terhadap adanya patah tulang pada tulang belakang leher. Oleh karena itu trakeostomi pada cedera kepala perlakuan hiperekstensi kepala penderita sedapat mungkin tidak terlalu ekstensi. Pada penderita dengan tujuan untuk bronkial toilet atau mendukung prolonged ventilator pelaksaan trakeostomi harus disiapkan stabilisasi hemodinamikanya. Mencegah terjadinya tensi menurun saat perubahan posisi. Dianjurkan melakukan tindakan trakeostomi di kamar operasi karena terdapat dukungan sarana yang lengkap.
Beberapa jenis kanula yang digunakan dalam trakeostomi : kanula Luer, kanula Jackson, portex blue line, kanula silikon, kanula Biesalki dari Rusch, kanula krikotirotomi dan Tracheoquick set.
Perawatan pada penderita pasca trakeostomi sebagai berikut :
· Perawatan/pengobatan terhadap penyakit utamanya. Pengobatan yang terencana memperjelas sampai kapan trakeostomi diperlukan/dilepas
· Perawatan kanula trakeostomi : pembersihan sekret pada luka operasi, pembersihan anak kanula berkala untuk menurunkan risiko penyumbatan, pemberian uap air hangat (nebulizer)
Komplikasi dilakukan trakeostomi adalah :
· Komplikasi saat dilakukan operasi : cedera pada pembuluh darah/perdarahan, cedera esofagus, cedera saraf rekurens, cedera pita suara
· Komplikasi lanjutan : infeksi, sumbatan karena sekret yang kental-mengering, aspirasi, lepasnya kanula, emfisema pada kulit, pneumothoraks, fistula, stenosis, terbentuknya granulasi.
Untuk mencegah terjadinya komplikasi tersebut diatas, maka sewaktu melakukan trakeostomi perlu preparasi lapangan operasi yang cukup luas, koordinasi antar tim operasi, waspada saat melakukan tindakan dan menguasai anatomi trakea itu sendiri. Sedangkan untuk mencegah komplikasi lanjutan dapat dicegah dengan pemberian antibiotika sesuai hasil kultur, pemilihan kanula yang sesuai, memasang selang lambung untuk dekompresi dan nutrisi, fiksasi kanula yang baik serta perawatan luka trakeostomi yang benar.