Sekelumit Tentang Batu Empedu

dr. Benny Hartono, Sp.B, FInaCS
3 min readJun 10, 2020

--

Penyakit batu empedu merupakan masalah kesehatan yang penting baik di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia. Sebagian besar penderita dengan batu empedu tidak mempunyai keluhan. Risiko penderita batu empedu untuk mengalami gejala dan komplikasi relatif kecil. Walaupun demikian, sekali batu empedu mulai menimbulkan serangan nyeri kolik spesifik maka risiko untuk mengalami masalah dan penyulit akan terus meningkat. Batu empedu umumnya ditemukan dalam kandung empedu, tetapi batu tersebut dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam saluran empedu disebut batu saluran empedu sekunder. Di negara Eropa 10–15% penderita batu kandung empedu juga disertai batu saluran empedu. Pada beberapa keadaan, batu saluran empedu dapat terbentuk primer dalam saluran empedu intra atau ekstra hepatik tanpa keterlibatan kandung empedu.

Menurut gambaran makroskopik dan komposisi kimianya, batu saluran empedu terbagi atas tiga kategori besar yaitu: batu kolesterol dimana komposisi kolesterol melebihi 70%, batu pigmen coklat atau batu kalsium bilirubinat yang mengandung Ca-bilirubinat sebagai komponen utama dan batu pigmen yang kaya akan residu hitam tidak terekstraksi. Ada tiga faktor penting yang berperan dalam patogenesis batu kolesterol: hipersaturasi kolesterol dalam kandung empedu, percepatan terjadinya kristalisasi kolesterol, dan gangguan motilitas kandung empedu dan usus. Batu kandung empedu sering terjadi pada 4F : fat, forty, fertile, dan female.

Adanya pigmen dalam inti batu kolesterol berhubungan dengan lumpur kandung empedu pada stadium awal pembentukan batu. Patogenesis batu pigmen melibatkan infeksi saluran empedu, stasis empedu, malnutrisi dan faktor diet. Di masyarakat Eropa komposisi utama batu empedu adalah kolesterol, sedangkan di Indonesia kebanyakan ialah batu pigmen.

Gejala batu empedu yang paling sering adalah kolik bilier. Keluhan ini diartikan sebagai nyeri di perut atas berlangsung lebih dari 30 menit dan kurang dari 12 jam. Biasanya lokasi nyeri di perut atas atau epigastrium. Komplikasi batu empedu 15% pasien dengan batu simptomatik mengalami kolesistitis akut. Gejalanya meliputi nyeri perut kanan atas dengan kombinasi mual, muntah, dan panas. Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan pada perut kanan atas dan sering teraba empedu yang membesar dan tanda-tanda peritonitis. Pemeriksaan laboratorium akan menunjukkan leukositosis kadang disertai kenaikan ringan bilirubin dan fungsi hati kemungkinan akibat kompresi lokal saluran empedu.

Sebelum adanya alat penunjang diagnostik yang baik, sejumlah penderita penyakit batu empedu sering salah diagnosis sebagai gastritis atau hepatitis. Pada jaman dewasa ini, USG merupakan pencitraan pilihan pertama untuk mendiagnosis batu kandung empedu dengan sensitifitas 95%. Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP) sangat bermanfaat dalam mendeteksi batu saluran empedu dengan sensitifitas 90% dan spesifisitas 98%, tetapi prosedur ini invasif dan dapat menimbulkan komplikasi pankreatitis dan kolangitis. Magnetic resonance cholangiopancreatography (MRCP) adalah teknik pencitraan dengan menggunakan medan magnet tanpa zat kontras, instrumen dan radiasi ion. Nilai diagnostik MRCP yang tinggi juga membuat modalitas ini makin sering dikerjakan untuk diagnosis batu saluran empedu.

Penanganan batu kandung empedu simptomatik, teknik kolesistektomi laparoskopi yang diperkenalkan akhir dekade 1980 telah menggantikan teknik operasi kolesistektomi terbuka pada sebagian besar kasus. Kolesistektomi terbuka masih dibutuhkan bila kolesistektomi laparoskopi terjadi penyulit atau tidak memungkinkan. Rasa nyeri minimal, masa pulih yang cepat, masa rawat pendek, dan luka parut minimal merupakan kelebihan bedah laparoskopi. Tatalaksana batu saluran empedu dengan ERCP terapeutik yakni dengan melakukan sfingterotomi endoskopi untuk mengeluarkan batu saluran empedu tanpa operasi dilakukan pertama kali tahun 1974. Sejak itu teknik ini telah berkembang pesat dan menjadi standar baku terapi non-operatif untuk batu saluran empedu. Namun tindakan ini memiliki komplikasi meliputi pankreatitis akut, perdarahan, dan perforasi.

Dr. Benny Hartono, SpB

#RSSiloamJambi #RSSt.TheresiaJambi #RSBhayangkaraJambi

--

--

dr. Benny Hartono, Sp.B, FInaCS
dr. Benny Hartono, Sp.B, FInaCS

Written by dr. Benny Hartono, Sp.B, FInaCS

Dokter bedah umum di kota jambi. Berbagi seputar artikel kesehatan dan tips kesehatan. Untuk saat #Dirumahaja dan #SocialDistancing untuk menghentikan penularan

No responses yet