Karsinoma Nasofaring
Karsinoma nasofaring (KNF) adalah salah satu dari lima tumor ganas terbanyak di Indonesia. Sebagian besar dari pasien tersebut datang berobat pada stadium lanjut, sehingga efektivitas pengobatan pun menjadi rendah. Ini disebabkan ketidaktahuan, ekonomi, lokasi jauh dari pusat pengobatan dan lainnya. Sementara dari kemajuan pengobatan dan teknologi diketahui bahwa karsinoma nasofaring merupakan kanker yang sensitif terhadap radiasi dan kemoterapi.
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di nasofaring. Fossa Rosenmuller adalah tempat tersering untuk tumbuhnya tumor ganas tersebut. Di beberapa negara perbandingan pria 2–3 kali lebih besar terkena karsinoma ini daripada wanita. Munculnya KNF berkisar antara usia 10–80 tahun dan mencapai puncak pada usia 40–50 tahun. KNF banyak ditemukan di Asia Selatan dan daerah pantai China. Distribusi geografis dapat dipengaruhi beberapa hal seperti perbedaan penyebab atau faktor predisposisi (herediter, lingkungan, virus). Ditemukan adanya hubungan yang erat kejadian KNF dengan ditemukannya antibodi terhadap virus Epstein-Barr dan konsumsi ikan asin. Nitrosamin yang terdapat di dalam ikan asin diketahui sebagai media baik untuk tumbuhnya virus EBV. Demikian juga faktor lain seperti merokok, polusi udara, pekerjaan dan kekurangan nutrisi atau vitamin.
Tanda awal KNF sering berupa pembesaran kelenjar getah bening (KGB) leher. Gejala dan tanda awal ini sering kali tidak khas dan diabaikan. Gejala dan tanda klinis karsinoma nasofaring:
- Pembesaran KGB leher (40%)
- Keluhan hidung seperti tersumbat, mimisan, produksi cairan berlebih (20%)
- Gejala telinga: tuli sebelah, otitis media (20%)
- Gejala saraf: penglihatan ganda (20%)
- Nyeri kepala
Penyebab yang sangat mungkin berhubungan dengan KNF:
- Virus Epstein-Barr
- Genetik dan ras
- Zat kimia: nitrosamin, hidrokarbon karsinogenik, benzopyrene, benzoanthracene. Zat ini dapat ditemukan pada ikan asin, sayur kering dan makanan yang dibakar
- Menghirup asap dari kayu hangus, cairan anti nyamuk yang dibakar
- Ekstrak tanaman seperti Croton tigluim, Euphotba lathyris, Croton megalocorpus sebagai promoter EBV
- Pekerjaan yang terpapar zat karsinogen, seperti pabrik kayu dan plastik
- Penderita otitis media berulang, sinusitis dan tonsilitis berulang
- Geografi: angka kejadian KNF lebih rendah terjadi pada orang China yang lahir di USA dibanding dengan yang lahir di daratan China
- Onkogen
- Status ekonomi rendah
Beberapa pemeriksaan seromarker untuk melihat kadar antibodi serum spesifik terhadap virus EB yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis antara lain IgA antiVCA, IgA antiEA, IgA antiEBNA. Biopsi nasofaring adalah tindakan terpenting yang harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis pasti. Biasanya dilakukan rinoskopi posterior, endoskopi, nasofaringoskopi kaku/fleksibel. Dengan alat fiberoptic dan coldlight endoscopes maka tumor yang sangat kecil pun dapat terlihat.
Pemeriksaan CT scan perlu dilakukan untuk melihat adanya tumor, terutama bila sudah menginfiltrasi dasar otak, pembesaran KGB dan dapat melihat metastasis tulang. Pemeriksaan MRI dapat dipertimbangkan pada kasus dengan perluasan ke dalam otak dan endofitik. Pemeriksaan yang lebih ekonomis seperti foto rontgen dada tetap berperan untuk melihat nodul metastasis paru dan efusi pleura, USG perut untuk melihat nodul metastasis pada hati dan foto polos tulang untuk melihat metastasis tulang.
Penentuan stadium karsinoma nasofaring
Penatalaksanaan pengobatan untuk KNF dilakukan melalui kerjasama dalam tim terpadu yang terdiri dari dokter THT, radioterapi, penyakit dalam hematologi dan onkologi medik, mata, saraf, rehabilitasi medik, kedokteran jiwa dan gizi klinik.
Modalitas pengobatan KNF sebagai berikut:
- Radioterapi: KNF diketahui sangat sensitif terhadap radioterapi dan telah disepakati sebagai terapi definitif KNF
- Kemoterapi: obat sitostatika yang lazim digunakan adalah cisplatin, carboplatin, 5 fluorouracil, paclitaxel, docetaxel dan gemcitabine
- Kemoradiasi
- Terapi target: diberikan obat Cetuximab dan Nimotuzumab
- Operasi: melihat lokasi tumor maka terapi operasi kurang mendapat tempat dalam pengobatan KNF. Tindakan operasi diseksi leher hanya dilakukan pada sisa-sisa tumor regional apabila tumor primer telah bersih.
Untuk pencegahan penyakit banyak hal yang dapat dilakukan seperti tidak terlalu sering mengkonsumsi makanan yang mengandung nitrosamin. Untuk para pekerja di pabrik pengolahan kayu dan plastik, diusahakan agar pabrik tersebut mempunyai ventilasi cukup sehingga asap dapat keluar dan tidak banyak terhirup para pekerja. Untuk penderita penyakit THT diharapkan mengobati penyakitnya hingga tuntas. Untuk para penderita KNF perlu dimotivasi dan diberi pengertian agar mengikuti program pengobatannya dengan benar untuk mencegah perburukan penyakit, timbulnya komplikasi dan mengurangi terjadinya gejala sisa. Bagi penderita yang telah mendapatkan complete response seharusnya mengikuti pemantauan dengan jadwal yang benar untuk mengatasi kekambuhan.
Penulis oleh:
Dr. Benny Hartono, Sp.B, FInaCS Dokter Bedah Umum Kota Jambi