Kanker Serviks

dr. Benny Hartono, Sp.B, FInaCS
4 min readAug 31, 2020

--

Kanker serviks merupakan kanker pada perempuan yang menimbulkan kematian terbanyak akibat penyakit kanker terutama di negara berkembang. Salah satu penyebabnya adalah karena infeksi human papilloma virus (HPV) yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Banyak penelitian dengan studi kasus kontrol didapatkan risiko relatif (RR) hubungan antara infeksi HPV dan kanker serviks antara 20 sampai 70. Lebih dari 70% kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV tipe 16 dan 18. Infeksi HPV mempunyai prevalensi yang tinggi pada kelompok usia muda, sementara kanker serviks baru timbul pada usia 30 tahun atau lebih.

Faktor risiko pada kanker serviks berhubungan dan disebabkan oleh infeksi HPV khususnya tipe 16, 18, 31 dan 45. Faktor risiko lain yang berhubungan dengan kanker serviks adalah aktivitas seksual pada usia muda <16 tahun, hubungan seksual dengan multipartner, menderita HIV atau mendapat penyakit/penekan kekebalan tubuh yang bersamaan dengan infeksi HPV dan perempuan perokok.

Tanda dini kanker serviks mungkin tidak menimbulkan gejala. Tanda-tanda dini yang tidak spesifik seperti sekret vagina yang agak berlebihan dan kadang-kadang disertai dengan bercak perdarahan. Gejala umum yang sering terjadi berupa perdarahan pervaginam (pascasenggama, perdarahan di luar haid) dan keputihan. Pada penyakit lanjut keluhan berupa keluar cairan pervaginam yang berbau busuk, nyeri panggul, nyeri pinggang dan pinggul, sering berkemih, buang air kecil atau buang air besar yang sakit. Gejala penyakit yang residif berupa nyeri pinggang, bengkak pada kaki dan sumbatan saluran kemih.

Tes papsmear (Pap) pada saat ini merupakan alat skrining yang diandalkan. Tes Pap direkomendasikan pada saat mulai melakukan aktivitas seksual atau setelah menikah. Setelah tiga kali pemeriksaan tes Pap tiap tahun, interval pemeriksaan dapat lebih lama (tiap 3 tahun sekali). Bagi kelompok perempuan yang berisiko tinggi (infeksi HPV, HIV, kehidupan seksual yang berisiko) dianjurkan pemeriksaan tes Pap setiap tahun. Pemastian diagnosis dilaksanakan dengan biopsi serviks. Diagnosa kanker serviks diperoleh melalui pemeriksaan klinis berupa anamnesis, pemeriksaan fisik dan ginekologi, termasuk evaluasi kelenjar getah bening, pemeriksaan panggul dan pemeriksaan rektal. Biopsi serviks merupakan cara diagnosis pasti dari kanker serviks, sedangkan tes Pap dan/atau kuret endoserviks merupakan pemeriksaan kurang adekuat. Pemeriksaan radiologi berupa foto paru, pielografi intravena atau CT scan merupakan pemeriksaan penunjang untuk melihat perluasan penyakit, serta menyingkirkan adanya obstruksi ureter. Pemeriksaan laboratorium klinik berupa pemeriksaan darah tepi, tes fungsi ginjal dan tes fungsi hati diperlukan untuk mengevaluasi fungsi organ serta menentukan jenis pengobatan yang akan diberikan.

Stadium kanker serviks ditetapkan secara klinis. Stadium klinis menurut FIGO membutuhkan pemeriksaan pelvik, jaringan serviks (biopsi konisasi untuk stadium IA dan biopsi jaringan serviks untuk stadium klinik lainnya), foto paru-paru, pielografi intravena (dapat pula digantikan dengan foto CT scan). Untuk kasus- kasus stadium lebih lanjut diperlukan pemeriksaan sistoskopi, proktoskopi dan barium enema).

Kasus kanker serviks dapat diklasifikasikan dalan karsinoma serviks bila pertumbuhan primernya dari serviks. Delapan puluh lima persen jenis histopatologi adalah karsinoma sel skuamosa, 10% adenokarsinoma dan 5% adenoskuamosa, sel jernih, sel kecil, sel verukosa, dan lain-lain. Derajat diferensiasi dengan berbagai metode dapat menunjang diagnosis, tetapi tidak dapat memodifikasi stadium klinis. Secara histopatologi kanker serviks dibagi menjadi: neoplasia intraepitel serviks derajat III, karsinoma skuamosa insitu, karsinoma skuamosa (berkeratinisasi, tidak berkeratinisasi, verukosa), adenokarsinoma insitu, adenokarsinoma insitu tipe endoservikal, adenokarsinoma endometrioid, adenokarsinoma sel jernih, karsinoma adenoskuamosa, karsinoma kistik adenoid, karsinoma sel jernih, dan karsinoma undifferentiated. Derajat histopatologi: diferensiasi baik, diferensiasi sedang dan diferensiasi buruk.

Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada kanker serviks sampai stadium IIA dan dengan hasil pengobatan seefektif radiasi, akan tetapi memiliki keunggulan dapat meninggalkan ovarium pada penderita usia premenopause. Kanker serviks dengan diameter lebih dari 4 cm lebih baik diobati dengan kemoradiasi dibanding operasi. Histerektomi radikal mempunyai mortalitas kurang dari 1%. Radiasi pasca bedah dapat mengurangi angka kekambuhan sampai 50%.

Terapi radiasi dapat diberikan pada semua stadium, terutama mulai stadium IIB sampai IV. Komplikasi yang paling sering seperti proktitis, kolitis, sistitis dan stenosis vagina. Radioterapi adjuvan diberikan pada penderita pascabedah dengan risiko tinggi. Kemoterapi diberikan sebagai gabungan radio-kemoterapi adjuvan atau untuk terapi paliatif pada kasus residif. Kemoterapi yang digunakan antara lain cisplatin, carboplatin, ifosfamid dan paclitaxel.

Faktor utama yang menimbulkan kekambuhan termasuk invasi limfo-vaskuler, metastasis ke kelenjar getah bening, kedalaman invasi stroma, batas sayatan operasi, ukuran tumor, ploidi DNA tumor dan ekspresi HER2/neu.

Sebagian besar residif terjadi dalam waktu 2 tahun setelah diagnosis. Dalam 2 tahun pertama, penderita dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 3 bulan. Pada tahun ketiga sampai tahun kelima, pemeriksaan dianjurkan setiap 6 bulan dan selanjutnya setiap 1 tahun. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan kelenjar getah bening, pemeriksaan panggul, rektal dan tes Pap. Pemeriksaan foto paru atau CT scan hanya dilakukan atas indikasi dari pemeriksaan klinis atau gejala yang timbul.

--

--

dr. Benny Hartono, Sp.B, FInaCS
dr. Benny Hartono, Sp.B, FInaCS

Written by dr. Benny Hartono, Sp.B, FInaCS

Dokter bedah umum di kota jambi. Berbagi seputar artikel kesehatan dan tips kesehatan. Untuk saat #Dirumahaja dan #SocialDistancing untuk menghentikan penularan

No responses yet