Hernia Inguinal dan Hidrokel pada Anak

dr. Benny Hartono, Sp.B, FInaCS
3 min readAug 2, 2020

--

Pada kehidupan 12 minggu intrauterin terjadi penonjolan peritoneum melalui anulus inguinalis internus menuju skrotum melalui kanalis inguinalis. Penonjolan peritoneum ini disebut sebagai prosesus vaginalis. Pada 90% anak, prosesus akan mengalami obliterasi sempurna kecuali bagian kecil yang menempel pada testis membentuk tunika vaginalis.

Bila prosesus vaginalis tidak mengalami obliterasi secara keseluruhan maupun sebagian, maka akan terjadi beberapa anomali yaitu :

  • Hernia skrotalis , terjadi patensi sempurna
  • Hernia inguinalis, terjadi obliterasi pada bagian distal namun paten pada bagian proksimal
  • Hidrokel, terjadi obliterasi tidak sempurna dan terdapat daerah kecil yang terbuka pada cincin dalam sehingga cairan dari rongga peritonel akan turun. Bila cairan masuk ke tunika vaginalis dapat terjadi hidrokel komunikans atau terisolasi. Bila cairan terkumpul setinggi funikuli disebut hidrokel funikuli

Di kesempatan ini, akan dibahas lebih jauh mengenai hernia inguinal dan hidrokel yang terjadi pada anak serta bagaimana penatalaksanaannya.

Hernia Inguinal

Hernia terjadi bila prosesus vaginalis gagal obliterasi (paten). Bila patensi sempurna terjadi hernia skrotalis, namun bila hanya sebagian (proksimal) maka terjadi hernia inguinalis. Insidens hernia inguinal 0,8%-4,4% pada anak, dengan adanya riwayat keluarga insidensnya meningkat menjadi 11,5%. Sisi kanan dua kali lebih sering dibanding sisi kiri. Insidensi hernia berbanding lurus dengan prematuritas. Pada bayi prematur insidensnya berkisar 10%-30%.

Sebagian besar secara klinis tidak bergejala, seringkali ditemukan orangtua atau dokter anak saat pemeriksaan fisik untuk keluhan yang lain. Manifestasi paling banyak hernia ialah terdapat benjolan di daerah inguinal dan atau skrotal yang hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intraperitoneal misalnya mengedan, batuk-batuk, tertawa atau menangis. Bila penderita tenang, benjolan akan hilang secara spontan. Pada pemeriksaan terdapat benjolan di lipat paha atau sampai skrotum pada bayi bila dibuat menangis atau anak-anak bila diminta untuk mengedan. Benjolan menghilang atau dapat dimasukkan kembali ke dalam rongga perut. Bila dilakukan perabaan kadang didapatkan tanda silk glove sign (peritoneum yang tebal ketika meraba spermatic cord).

Isi hernia yang dapat kembali ke rongga peritoneum disebut hernia inguinal reponibilis, bila tidak dapat kembali disebut hernia inguinal irreponibilis. Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan anulus inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus terjepit, keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara klinis keluhan penderita adalah rasa sakit yang terus menerus, anak menjadi rewel, terjadi gangguan pasase usus seperti perut kembung. Muntah hijau atau fekal masih memerlukan waktu terlebih bila usus yang terjepit adalah ileum (usus halus). Hernia strangulata lebih sering terjadi bila hernia terjadi di sebelah kanan.

Penatalaksanaan hernia inguinal reponibilis dilakukan herniotomi berupa ligasi prosesus vaginalis seproksimal mungkin. Dilakukan secara elektif namun secepat mungkin bila penderita dalam keadaan sehat tanpa menunggu usia tertentu karena terdapat risiko terjadinya inkarserata. Pada hernia inguinalis inkarserata, penderita dipuasakan, pasang sonde lambung, pemberian cairan infus dan diberikan obat sedatif agar penderita tenang/tertidur. Dengan tertidur diharapkan tekanan intraperitoneal akan kembali normal dan isi kantong hernia akan masuk kembali ke rongga peritoneal. Bila dalam waktu 6 jam penderita tidur, hernia tidak berhasil direduksi, herniotomi harus dilakukan segera.

Hidrokel

Hidrokel terjadi bila prosesus vaginalis tidak mengalami obliterasi sempurna dan meninggalkan lumen berdiameter kecil sehingga cairan rongga peritoneal turun masuk ke tunika vaginalis. Kadang-kadang pada anak yang lebih besar dapat terjadi hidrokel yang disebabkan oleh trauma, inflamasi atau tumor testis.

Manifestasi klinis terdapat massa di skrotum yang berubah ukuran berhubungan dengan aktivitas penderita. Benjolan ini teraba kistik tidak sakit, berisi cairan yang dapat dibuktikan dengan tes transiluminasi. Transiluminasi diperiksa di ruangan gelap atau dengan bantuan kertas yang digulung, sehingga terlihat sinar yang diarahkan ke dalam rongga menghasilkan sinar berpendar dalam benjolan.

Prosesus vaginalis masih mungkin mengalami obliterasi sempurna setelah bayi berusia 2 tahun. Bila hidrokel tidak menghilang, maka tindakan bedah sebaiknya dikerjakan pada usia 2 tahun atau lebih. Prosedur bedah yang dilakukan sama dengan herniotomi yaitu ligasi prosesus vaginalis seproksimal mungkin.

Dr. Benny Hartono, SpB

#RS Siloam Jambi
#RS Theresia Jambi
#RS Bhayangkara Jambi

--

--

dr. Benny Hartono, Sp.B, FInaCS
dr. Benny Hartono, Sp.B, FInaCS

Written by dr. Benny Hartono, Sp.B, FInaCS

Dokter bedah umum di kota jambi. Berbagi seputar artikel kesehatan dan tips kesehatan. Untuk saat #Dirumahaja dan #SocialDistancing untuk menghentikan penularan

No responses yet