Asepsis dan Antisepsis
Asepsis adalah suatu keadaan bebas hama/bakteri. Antisepsis adalah tindakan untuk membebashamakan suatu bahan, alat ataupun ruangan untuk mencegah sepsis. Terdapat beberapa cara untuk sterilisasi, antara lain:
1. Pemanasan
a. Tanpa tekanan
i. Pemanasan basah. Dilakukan dengan merebus dalam air mendidih dengan temperatur ≥100 derajat C selama 15–30 menit. Alat-alat yang direbus harus dalam keadaan bersih dan seluruh alat harus terendam dalam air
ii. Pemanasan kering. Dilakukan dengan menggunakan oven dengan temperatur 170 derajat C dalam waktu 1–2 jam
iii. Flamber. Berarti membakar dengan spiritus atau alkohol 96%. Bahan bakar harus cukup untuk menyala minimal 5 menit. Alat yang dibakar harus dalam keadaan bersih dan kering dan diletakkan pada tempat dari alumunium atau bahan tahan karat
b. Dengan tekanan
i. Autoklaf. Dilakukan dengan menggunakan uap bertekanan 750 mmHg dan temperatur 120 derajat C selama 10–15 menit. Alat-alat yang tidak terbungkus hanya membutuhkan waktu 15 menit, tetapi bungkusan lipatan linen memerlukan waktu 30 menit
2. Kimiawi
a. Tablet formalin. Dengan menggunakan uap tablet formalin. Alat dan tablet formalin yang telah dibungkus kassa dimasukkan ke dalam tempat tertutup rapat minimal 24 jam
b. Gas etilen klorida. Cairan/gas etilen klorida dapat membunuh spora, bakteri, virus dan jamur patogen dalam waktu 3 jam atau lebih. Sifatnya toksik, mudah terbakar dan harus digunakan dalam autoklaf khusus. Cara ini baik untuk alat yang tidak tahan panas
3. Radiasi
Dengan menggunakan daya radiasi sinar X atau sinar ultraviolet. Bisa juga dengan radiasi sinar gamma dosis tinggi yang biasa bersumber dari kobalt.
Antiseptik
Adalah zat-zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman. Antiseptik ada yang bersifat sporosidal (membunuh spora) dan ada yang non sporosidal. Digunakan pada jaringan kulit dan selaput lendir.
Digunakan untuk :
1. Mensucihamakan kulit sebelum operasi untuk mencegah infeksi
2. Mencuci tangan sebelum operasi untuk mencegah infeksi silang
3. Mencuci luka terutama luka kotor
4. Sterilisasi alat bedah
5. Mencegah infeksi pada perawatan luka
6. Untuk irigasi daerah-daerah terinfeksi
7. Mengobati infeksi lokal misalnya pada mulut, telinga, tenggorokan atau kulit
Macam- macam antiseptik
1. Alkohol
Sifatnya bakterisid kuat dan cepat (efektif dalam 2 menit) dan kerjanya meliputi bakteri Gram positif dan negatif tapi bersifat non sporosidal. Digunakan etanol dengan konsentrasi optimum 70%. Kegunaan berupa antisepsis kulit sebelum suntikan dan mencuci yodium dari kulit.
2. Halogen dan senyawanya
· Yodium. Merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum luas dan dalam konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2–3 jam. Kerugiannya adalah sifat iritasi pada luka (nyeri), menimbulkan warna coklat dan kadang-kadang reaksi dermatitis pada luka yang peka. Beredar sebagai yodium tinctur, yaitu campuran yodium dengan natrium klorida dan alkohol. Tidak dapat digunakan untuk daerah wajah dan genitalia eksterna.
· Povidon yodium (Betadine, Septadine, Isodine). Merupakan kompleks yodium dengan polyvinylpirolidone yang tidak merangsang, mudah dicuci karena larut dalam air dan stabil karena tidak menguap. Jika digunakan berulang kali akan mengendap (berakumulasi) sehingga efeknya bertahan lama. Masa kerja lebih lama daripada yodium. Selain dapat digunakan pada daerah wajah, genitalia eksterna dan selaput lendir, dapat digunakan untuk mencuci luka kotor dan terinfeksi.
· Yodoform. Sudah jarang digunakan. Penggunaan sebagai antiseptik borok.
· Klorheksidin (Hibiscrub, Savlon, Hibitane). Merupakan senyawa biguanid dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna, mudah larut dalam air, tidak merangsang kulit dan mukosa, dan baunya tidak menusuk hidung. Kekuatannya lebih kurang sama dengan yodium tapi kerjanya lebih lambat.
3. Oksidansia
· Kalium permanganat. Merupakan kristal halus berwarna ungu tua dan berkhasiat bakterisid serta fungisid agak lemah berdasarkan sifat oksidator. Kerja agak lambat dan masa kerja yang pendek. Pemakaian dengan dilarutkan 1:5.000.
· Perhidrol (peroksida air, H2O2). Merupakan antiseptik lemah dengan masa kerja yang pendek dengan konsentrasi 2–3%. Makin kuat semprotan atau makin kuat penggosokan luka makin banyak oksigen dilepaskan. Antiseptik ini ditujukan terutama untuk mengeluarkan kotoran dari dalam luka dan membunuh kuman anaerob.
4. Logam berat dan garamnya.
· Merkuri klorida (sublimat). Berkhasiat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Pada penggunaan lokal bersifat merangsang dan sering menimbulkan alergi. Kegunaan untuk mencuci luka.
· Merkurokrom (obat merah) dalam larutan 5–10%. Sifatnya bakteriostatik lemah, mempercepat keringnya luka dengan cara merangsang timbulnya kerak (korts).
5. Asam
Asam borat. Sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%). Hati-hati terutama pada bayi dan anak karena dapat diabsorpsi oleh kulit yang rusak. Pada konsentrasi jenuh, antiseptik ini bersifat merangsang kulit. Kegunaan sebagai kompres luka bernanah.
6. Derivat fenol
· Trinitrofenol (asam pikrat). Berupa serbuk berwarna kuning, bersifat bakterisid dan anestetik lokal, dan digunakan dalam larutan 1% dalam air. Kegunaannya sebagai antiseptik wajah dan genitalia eksterna sebelum operasi, dan pada luka bakar.
· Heksaklorofan (phisohex). Berkhasiat bakterisid terhadap Gram positif dan bersifat fungistatik. Kurang aktif terhadap bakteri Gram negatif dan spora. Kerjanya lambat dan tidak merangsang. Kegunaan untuk mencuci tangan sebelum operasi atau setelah memeriksa pasien tersangka penyakit menular.
7. Basa ammonium kuartener
Etakridin (Rivanol). Merupakan turunan akridin dan berupa serbuk berwarna kuning dengan konsentrasi 0,1%. Bersifat bakterisid terhadap basil TB. Pseudomonas dan Salmonella, tidak aktif terhadap virus dan spora. Tidak diinaktifkan oleh darah dan nanah. Kegunaan sebagai antiseptik borok bernanah, kompres dan irigasi luka terinfeksi.