Appendisitis Akut

dr. Benny Hartono, Sp.B, FInaCS
3 min readMay 3, 2020

--

Appendisitis seringkali dikenal oleh masyarakat sebagai peradangan usus buntu. Sesungguhnya istilah peradangan usus buntu kurang tepat, karena yang sebenarnya terjadi ialah peradangan pada organ yang bernama umbai cacing (appendiks). Penyakit ini merupakan penyebab sakit perut paling banyak pada mereka yang berusia remaja hingga dewasa muda.

Peradangan appendiks diawali oleh proses penyumbatan (obstruksi) dalam lumen. Obstruksi dapat disebabkan beberapa faktor antara lain: terjadi hiperplasia dari folikel limfoid, adanya fekolit dalam lumen appendiks, terdapat benda asing seperti biji-bijian, cacing dan striktur pada appendiks karena fibrosis peradangan yang terjadi sebelumnya. Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan intralumen dengan akumulasi mukus yang tersumbat, dan berisi proliferasi kuman. Penyumbatan limfatik dan vena terjadi setelahnya. Bila tidak diberi terapi peningkatan tekanan akan menyebabkan gangguan suplai arterial dengan akibat nekrosis dan perforasi.

Perjalanan klinis appendisitis dimulai dari anoreksia dan perasaan kembung di sekitar umbilikus. Lebih khas lagi adalah mual dan muntah yang menyertai rasa nyeri, hal ini terjadi pada 1–2 hari pertama. Pada pemeriksaan fisik nyeri tekan ditunjukkan secara objektif oleh posisi fleksi, nyeri pada daerah perut kanan bawah bila ditekan, batuk, berjalan atau mengedan, tepatnya di titik Mc Burney (titik yang terletak antara garis umbilikus ke SIAS). Namun harus diingat bahwa gejala lokal sangat bergantung dari keadaan fisik serta letak appendiks. Demam biasanya ada namun tidak tinggi, kecuali telah terjadi perforasi (pecah) akibat reaksi inflamasi dan kontaminasi pada peritoneum.

Pada pemeriksaan darah, diperoleh peningkatan sel darah putih (leukositosis) berkisar 11.000–16.000/mm3. Bila sangat meningkat curiga telah terjadi perforasi. Namun leukosit yang normal tidak menyingkirkan appendisitis. Pemeriksaan C-reactive protein juga biasanya meningkat.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada keadaan appendisitis ialah USG maupun CT Scan perut. Pemeriksaan foto polos abdomen dilakukan hanya bila ada gejala obstruksi mekanik ataupun curiga udara bebas. Dengan USG sifatnya non-invasif, tidak memerlukan kontras dan bebas radiasi, secara teori didapatkan keakuratan diagnosis 85%, sedangkan pada CT Scan perut memiliki keakuratan sampai 96%, namun tidak mudah dilakukan pada anak karena kadang perlu sedasi selain itu menyebabkan paparan terhadap radiasi.

Untuk tatalaksana penanganan appendisitis adalah dimulai dengan pemberian antibiotik spektrum luas intravena, kemudian diikuti persiapan operasi pengangkatan umbai cacing tersebut. Morbiditas untuk appendisitis akut sebesar 1–6%, sedangkan yang disertai perforasi menjadi 15–65%. Morbiditas yang muncul dapat berupa infeksi luka operasi, abses intraabdomen, dan obstruksi usus halus. Sehingga dapat diambil kesimpulan apabila appendisitis akut ditangani sedini mungkin, tentu mengurangi risiko morbiditas maupun mortalitas pada penderita.

--

--

dr. Benny Hartono, Sp.B, FInaCS
dr. Benny Hartono, Sp.B, FInaCS

Written by dr. Benny Hartono, Sp.B, FInaCS

Dokter bedah umum di kota jambi. Berbagi seputar artikel kesehatan dan tips kesehatan. Untuk saat #Dirumahaja dan #SocialDistancing untuk menghentikan penularan

No responses yet