Aneurisma Aorta

dr. Benny Hartono, Sp.B, FInaCS
3 min readSep 28, 2020

--

Aorta adalah pembuluh darah arteri yang terbesar dan membawa darah kaya oksigen dari ventrikel kiri jantung ke seluruh tubuh, melalui cabang-cabang arteri. Sepanjang perjalanannya aorta secara letak anatomi dibagi menjadi aorta torakalis dan aorta abdominalis. Aorta torakalis terbagi menjadi segmen ascending, arcus dan descending. Aorta abdominalis terbagi menjadi segmen suprarenal dan infrarenal.

Dinding aorta sangat elastis dan secara normal dapat meregang dan kemudian menyusut kembali sesuai yang diperlukan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan aliran darah. Dinding aorta terdiri dari tunika intima (tersusun dari endotel, jaringan ikat subendotel, lamina elastik interna), tunika media (tersusun sel otot polos dan matriks ekstraseluler), dan tunika adventisia (tersusun dari jaringan ikat). Aorta mempunyai peranan untuk mentransmisikan tekanan darah arteri yang berpulsasi ke seluruh titik cabang arteri, namun di lain pihak akibat secara terus-menerus terpapar tekanan yang berpulsasi dan regangan, menyebabkan aorta rentan terhadap jejas dan penyakit sehingga dapat terjadi aneurisma.

Aneurisma diartikan sebagai pelebaran patologis segmen pembuluh darah yang memiliki kecenderungan untuk berkembang dan pecah. Aneurisma aorta abdominalis (AAA) adalah bentuk aneurisma aorta yang paling sering dijumpai. AAA mengenai 3–9% pada usia di atas 60 tahun. Angka kejadian AAA 5 kali lebih tinggi pada pria dibanding wanita. Faktor risiko penyebab AAA adalah merokok, emfisema, hipertensi, hiperlipidemia dan riwayat keluarga. Sejalan dengan pembesaran aneurisma, tekanan pada dinding aorta juga meningkat, sehingga risiko untuk menjadi ruptur juga meningkat.

Penyebab aneurisma aorta antara lain :

  1. Degenerasi (atherosklerosis): usia, riwayat merokok, hiperkolesterol
  2. Nekrosis kistik medial: sindrom Marfan, sindrom Ehlers-Danlos, katup aorta bikuspid
  3. Diseksi aorta kronis
  4. Infeksi sifilis, tuberkulosis
  5. Trauma

Aneurisma aorta dapat diklasifikasikan atas fusiform dan saccular. Aneurisma fusiform adalah yang paling umum dijumpai ditandai oleh pelebaran simetris, dengan bentuk seragam dan melibatkan sekeliling dinding aorta. Aneurisma saccular menunjukkan dilatasi lokal yang melibatkan hanya sebagian dari keliling dinding aorta, muncul sebagai kantong yang keluar dari pembuluh darah. Untuk aneurisma aorta dimanapun lokasinya, tujuan dari penatalaksanaan adalah menghindari komplikasi yang mengancam nyawa.

Diagnosis AA ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada aneurisma aorta torakalis (AAT) keluhan dapat berupa nyeri dada, sesak nafas, batuk, mengi, serak, radang paru berulang, edema pada leher, wajah dan lengan. Pada aneurisma aorta abdominal (AAA) keluhan berupa massa berdenyut, tidak nyeri bila ditekan dan kadang muncul gambaran livedo retikularis di tungkai bawah. Apabila aneurisma tersebut ruptur, didapatkan nyeri hebat baik di leher, punggung maupun abdomen disertai tanda syok, gangguan kesadaran hingga koma.

Pada pemeriksaan penunjang foto rontgen dada dapat ditemukan pelebaran bayangan mediastinum, letak trakea terdorong atau cabang bronkus tertekan. USG dapat dengan mudah mendeteksi AAA dan sering ditemukan pada pemeriksaan penderita tanpa sengaja. CT scan dengan kontras untuk deteksi lanjut dan mengetahui ukuran aneurisma. Aortografi merupakan pemeriksaan gold standart adanya aneurisma aorta, dapat menunjukkan semua bagian anatomi dan bagian aorta yang terlibat.

Penatalaksaan awal mereka dengan AA adalah dengan mengontrol penyakit yang dapat memperburuk AA yakni dengan cara mengontrol tekanan darah, optimalisasi profil lemak tubuh, diharuskan untuk berhenti merokok. Penatalaksaan lanjutan dengan tindakan invasif yaitu operasi terbuka (open surgery) dan Endovascular Aneurism Repair (EVAR). EVAR berupa tindakan invasif insersi stent endovaskular melalui akses transfemoral ke daerah aneurisma. Keunggulan EVAR tidak adanya luka operasi yang besar (baik di dada maupun abdomen), tidak memerlukan sokongan sirkulasi ekstrakorporeal, angka morbiditas rumah sakit lebih rendah dan rawat inap yang lebih singkat.

Disusun oleh :
Dr. Benny Hartono, SpB

--

--

dr. Benny Hartono, Sp.B, FInaCS
dr. Benny Hartono, Sp.B, FInaCS

Written by dr. Benny Hartono, Sp.B, FInaCS

Dokter bedah umum di kota jambi. Berbagi seputar artikel kesehatan dan tips kesehatan. Untuk saat #Dirumahaja dan #SocialDistancing untuk menghentikan penularan

No responses yet